DEPATINEWS.COM– Kerinci sebagai SATU kesatuan kultural dan Alam (Tanah), bukan hanya memiliki pemandangan yang indah tetapi juga kaya akan norma yang tertata rapi dalam Adat Kerinci. Referensi tentang Adat Kerinci serta kekayaan alamnya telah banyak ditulis oleh para peneliti luar negeri-terutama Asal Belanda- baik pada era pra kemerdekaan maupun setelahnya.
Hasil penelitian tersebut tersebar di berbagai perpustakaan universitas di luar negeri termasuk di Universitas Leiden Belanda, yang berkali kali saya datangi.
Salah satu simbol yang iconic terkait budaya Kerinci adalah symbol Empat Kunci yang menggambarkan: kaum adat,depati ninik mamak; kaum cerdik pandai ( intelektual), Kaum Alim ulama dan Hulubalang ( pemuda).
Tingginya posisi depati dan ninik mamak dalam kehidupan masyarakat Kerinci tercermin dalam pepatah bahwa depati itu orang yang “memakan habis memenggal putus, berjalan dulu selangkah bicara dulu sepatah”. Sedangkan ninik mamak orang yang “Melepas pagi dan mengurung petang (mengembalo langsung anak jantan dan anak batino).
Adalah hak setiap orang apapun posisinya kecuali ASN & TNI-Polri yang terikat dengan peraturan perundang-undangan, dapat aktif dalam pilwako, termasuk sebagai tim sukses calon.
Sejak dulu kala terutama era reformasi banyak jasa perangkat adat dalam perpolitikan lokal di Kota Sungai Penuh.
Kaum adat atau Pemangku Adat: depati ninik mamak adalah tokoh sentral dalam tata kelola Adat Kerinci.
Dengan posisi strategis dan sangat terhomat tersebut bagaimana sebaiknya peran pemangku adat dalam.pilwako?
Dalam konteks pilwako yg sudah menghitung hari hingga pencoblosan ,peran pemangku adat dapat terus ditingkatkan dengan mempertimbangkan beberapa hal:
Pertama, meyakinkan masyarakat Kota Sungai Penuh bahwa calon yg mereka pilih akan mementukan nasib kota Sungai Penuh 5 th kedepan. Kota akan menjadi bersih, jalan dan taman tertata rapi bahkan kota akan bebas banjir tergantung betul siapa yg dicoblos pada tanggal 27 November nanti.
Kedua, turut menata kentraman dan keamanan ditengah masyarakat bersama dengan apatur negara terkait.
Ketiga, pada proses pilwako pasti terjadi kristalisasi pilihan oleh pemilih. Awalnya mendukung A bisa juga berubah menjadi memilih A plus. Ini sunatullah saja, karena effect informasi yang benar, kampanye yang berkualitas dan pencerahan oleh Pemangku Adat sendiri : yang ingin Kota Sungai Penuh berubah menjadi lebih baik.
Bukan stagnasi yang dicari tapi Kota Sungai Penuh Yang berseri yang kita cari. Semoga Pemangku Adat dalam Kota Sungai Penuh turut menoreh Lembaran baru dalam Pembangunan Kota Sungai Penuh lima tahun kedepan.
(Penulis adalah Satu-satunya Putra Asli Propinsi Jambi yg memperoleh Bintang Mahaputra Adipradana)