Depati Bertujuh Ogah Terseret Politik Sesaat

Tanah Mendapo Steril, Paslon Dilarang Deklarasi

DEPATINEWS.COM, SUNGAI PENUH– Jangan coba-coba berpolitik di Tanah Mendapo Sungaipenuh. Apalagi menggelar deklarasi pasangan Calon Walikota ditempat yang dianggap sakral oleh masyarakat tiga dusun itu.

Ketahuan melanggar akan mendapatkan sanksi adat. Keputusan ini, juga berlaku untuk tiga anak jantan Depati Bertujuh yang saat ini bertarung merebut posisi Walikota dan Wakil Walikota Sungaipenuh. Ketiga anak jantan tersebut, Alvia Santoni Calon Walikota, Ferri Satria dan Azhar Hamzah Calon Wakil Walikota.

” Tanah Mendapea bersih dari aktivitas politik apapun dan oleh siapapun, ” kata Nasriman RA, Ngabi Teh Santiobawea.

Ultimatum yang diambil Lembaga Adat Depati Nan Bertujuh untuk menyelamatkan marwah adat. “Supayo lantak idek guyeah, cmain ideak kabeu. (lantak tidak goyah, cermin tidak kabur, red), ” kata Aspar Nasir Ketua Lembaga Adat Depati Nan Bertujuh.

Lembaga Adat Depati Nan Bertujuh Permenti Nan Sepuluh tak mau lagi terseret dalam pusaran politik. Lembaga Adat yang membawahi Tiga Dusun ini juga steril dari tekanan penguasa untuk memanfaatkan Tanah Mendapo sebagai area politik.

Keputusan yang membuat lega anak kemenakan itu diputuskan pada rapat khusus Lembaga Adat Depati Nan Bertujuh di Rumah Makan Minang Soto, Kamis (22/8).

Ada dua opsi yang muncul dalam pertemuan itu. Pertama satu Calon Walikota, dan Dua Calon Wakil Walikota anak janton Depati Batujeuh diberi kesempatan untuk memperkenalkan diri di Tanoh Mendapo.

Opsi kedua, Ketiga anak janton Depati Bertujuh, tidak sama sekali melakukan pengenalan dan Deklarasi di Tanah Mandapo.

Keputusan diserahkan kepada Ngabi Teh Santio Bawea. Ngabi memutuskan pilihan ataupun opsi kedua. Tanah Mandapo diclearkan dari aktivitas politik. Depati Nan Bertujuh netral pada Pilwako Sungsipenuh 2024.

Apa hubungannya dengan netral, sejak dunia berkembang Tanah Mendapo jadi area strategis untuk politik. Menurut Nasruman,
ada kesan pihak tertentu berusaha membenturkan Lembaga Adat. Hal itu semata-mata terjadi karena ada tendensi politik jelang Pilkada.

“Kalau ingin menjagokan Paslon atau orang partainya jadi Walikota atapun Wakil Walikota silahkan saja, tapi jangan menggunakan politik pecah belah. Cara seperti ini, tidak hanya melanggar etika tapi juga bertentangan dengan nilai-nilai adat kita” tegasnya.

Menurut pria bergelar Ngabi ini meyakini bahwa masyarakat Kota Sungaipenuh sangat mendambakan Calon Pemimpin Kota Sungaipenuh tampil lebih bijak. Menjadi penyejuk di tengah masyarakat dan bukan malah sebaliknya selalu membuat kegaduhan hanya karena kepentingan politik sesaat.(dev)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *